(Pekanbaru) – Dalam catatan history indonesia berbagai organisasi perempuan pra dan pasca kemerdekaan seperti Poetri Mardika, Purborini, Aisyiyah, Wanita Susilo, Wanita Hadi, Poetri Boedi Sejati dan sebagainya, memiliki kontribusi yang sangat signifikan untuk indonesia, hingga setelah reformasi 1998, bahkan jauh kebelakang kita mengenal dengan ibu Kartini sebagai tokoh terkenal refolisionernya perempuan indonesia, dan inilah modal spirit dan semangat yang beliau wariskan ke perempuan-perempuan indonesia hingga saat ini.

Dengan berjalanya demokrasi yang dinamis di indonesia, maka gerakan perempuan kembali muncul dalam bentuk organisasi-organisasi masyarakat dan terus menerus berkembang pesat, tidak hanya mengambil peran secara lokal namun lebih jauh lagi perempuan-perempuan indonesia tangguh ini mampu mengambil posisi strategis negara.

Dari hasil pemilu pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan anggota DPR RI periode 2019-2024 dari 575 Anggota DPR RI yang terpilih, hanya 118 perempuan yang terpilih yakni sebesar 20,5%.(Jurnal UMM 2021). Keadaan ini menunjukan pencapaian tertinggi yang pernah di raih Indonesia terkait representasi perempuan di kancah politik.

Sedangkan dalam ketentuan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945, pada amandemen kedua, juga dengan tegas mengamanatkan, bahwa, setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, selanjutnya dalam rangka mengakomodir hak politik perempuan dalam menjamin terpenuhinya keterwakilan perempuan telah melakukan upaya memasang kuota 30%, dengan penegasan berdasarkan UU No 7 tahun 2017 tentang pemilu.

Dengan demikian, adanya hak konstitusional yang di berikan negara kepada perempuan tidak ada salahnya bagi kartini-kartini muda terbaik indonesia untuk menyongsong pemilu 2024 dengan mengambil momentum strategis pada pesta demokrasi akan datang, apa lagi demokrasi merupakan wujud merepresentasikan keinginan pendapat, maupun sikap politik dengan tetap mengedepankan kebebasan berserikat, berkumpul, berdaulat dan berperilaku dengan tetap menjunjung tinggi kesetaraan dalam bentuk apapun, termasuk kesetaraan dalam politik dan pemilu.

Puan Maharani merupakan tokoh politik muda yang mempunyai kemampuan dan prestasi yang tidak di ragukan lagi, selain menjabat Ketua DPR RI, beliau pernah diamanahkan menjadi menteri PMK, selain itu Puan Maharani juga adalah cucu langsung dari Presiden pertama RI Soekarno dan putri Presiden ke-5 RI Megawati Soekarno Putri, sehingga hal ini menjadi bahan pertimbangan untuk maju menjadi calon presiden.

Di tambahkan lagi dengan beberapa survei Kedai Kopi yang sudah dirilis beberapa waktu lalu, Puan memiliki elektabilitas meyakinkan pada angka 9,6 persen,(berita satu, Kamis,22 September 2022), keadaan tersebut sejalan dengan semakin diterimanya pemimpin perempuan di Indonesia, Lebih dari itu dari catatan survei tersebut menunjukkan masyarakat Indonesia menilai pemimpin perempuan kian menjadi simbol harapan bagi semua lapisan masyarakat.

Sedangkan di Daerah, terutama Riau, dukungan dari berbagai kalangan sangat banyak, terutama dari kalangan muda milenial dan masyarakat pinggiran, di buktikan dengan berdirinya komunitas relawan Barisan Muda Puan Maharani (BMPM), dengan kepengurusan telah terisi semua 12 Kabupaten/Kota se Provinsi Riau, dengan optimis Puan Maharani Presiden 2024.

Pramoedya Ananta Toer menuliskan tutur Raden Ajeng Kartini yang jengah terhadap patriarki feodal. “Panggil aku Kartini saja!” Tegas Kartini menggugat adat. Cukup sebut “Kartini”, tanpa “Raden Ajeng”,(Jurnal, Rumah Pemilu, 2013), istilah ini yang menggambarkan Puan Maharani pantas menjadi presiden 2024, dengan berani, kerja keras dan keuletan di tunjukan dengan prestasi, sikap merakyat ke semua kalangan tanpa sekat, sederhana dan loyal ke semua kalangan, keadaan demikian lah yang mendorong masyarakat Riau mendukung penuh Puan Maharani menjadi sosok pemimpin Indonesia pada 2024 mendatang.