⋅ Galeri Foto ⋅ Advertorial
   
 
Proyek Migas Blok Masella : Sekjend LRJ Minta Presiden Jokowi Tugaskan PLN dan Pertamina
Minggu, 26-03-2023 - 11:19:15 WIB
TERKAIT:
   
 

 


JAKARTA-- Sekjend Laskar Rakyat Jokowi (LRJ) Ridwan Hanafi, meminta pemerintah pusat untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan proyek Blok Masela, sebab proyek tersebut sebagai bagian dari program strategis nasional (PSN), yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Maka sangat penting perusahaan negara seperti Pertamina dan PLN diberi penugasan untuk mengisi kekosongan setelah Shell Upstream Overseas Service Limited, mengundurkan diri dari konsorsium.


Target produksi jangan sampai tergangu hanya karena mundurnya Shell?. 


"Oleh karena itu kami berharap Bapak Presiden Jokowi dapat segera mengambil sikap dan memutuskan memberikan penugasan kepada Pertamina dan PLN dalam pengembangan proyek Blok Masella, untuk mewujudkan cita cita-cita dan Amanat konstitusi UUD 1945 pasal 33  yaitu Kedaulatan  energy nasional," kata Ridwan, Sabtu (25/3), saat keterangan.


Apalagi  Project Blok Marsella yang digadang-gadang menjadi Giant Gas Field setelah Arun dan Bontang Field dengan target berproduksi  di tahun 2027. 


Untuk diketahui Perkembangan (divestasi) Blok Masela sampai saat ini cukup bagus dan kami antusias untuk melihat perkembangannya  dan (diharapkan) bisa diselesaikan tahun ini,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam acara Energy Corner di CNBC TV, Senin (27/2) yang lalu.


Blok Masela saat ini hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35 persen saham participating interest (PI), sisanya dikuasai Inpex sebesar 65 persen..


Sejumlah perusahaan migas menyatakan berminat menggantikan Shell di blok tersebut, antara lain PT Pertamina. Menurut Dirjen Migas, perusahaan pelat merah tersebut serius berkeinginan menjadi mitra Inpex. "Pertamina serius dalam menawarkan diri mereka jadi partner Inpex. Memang sekarang masih proses b to b, sekarang masuk tahap binding offer," ujarnya.


Lantaran prosesnya masih berjalan, lanjut dia, belum dapat dikatakan kalau Pertamina fix atau tidak menjadi mitra Inpex.


Sementara itu, SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Daniel S. Purba, memandang rencana perseroan untuk mengakuisisi Blok Masela lantaran aset di blok tersebut cukup strategis untuk memenuhi gas domestik. Meski demikian, menurutnya masih ada tantangan untuk mengelola blok gas “raksasa” ini, khususnya terkait proses monetisasi cadangan gas di blok ini.


“Jawabannya tidak mudah untuk memonetisasi cadangan gas yang cukup besar di Masela. Jadi dari sisi cadangannya cukup strategis bagi Indonesia, tapi untuk monetisasi tidak mudah dari aspek teknologi dari aspek pendanaan dan dari sisi aspek buyernya,” ungkap Daniel, Senin (27/2) yang lalu, di kutip di Jakarta.


Lebih lanjut, Daniel mengatakan untuk monetisasi gas, pihaknya harus memulai terlebih dulu melakukan survei pasar. Hal ini dilakukan untuk memastikan produksi gas di Blok Masela dapat terserap seoptimal mungkin.


“Sebelum masuk market, kita lakukan feasibility study. Jadi, cukup banyak tantangan dari Masela ini adalah aspek dari teknologinya yang kita boleh dikatakan pertama dalam hal ini tertarik masuk ke dalam karena risiko cukup tinggi pendanaan kompleks ini perlu waktu dan ini masih terus berproses,” tandas Daniel.


Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan rencana PT Pertamina (Persero) untuk masuk ke dalam pengelolaan Blok Masela semakin dekat, melalui pengambilalihan 35 persen hak partisipasi Shell di blok ini.


Bahkan, perusahaan migas pelat merah ini akan mengajukan proposal penawaran pada bulan April mendatang.


Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto,  mengatakan pihaknya saat ini masih menunggu kepastian Pertamina dan konsorsium barunya untuk menggantikan posisi Shell di Blok Masela. Ditambah diskusi mengenai masuknya fasilitas Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di proyek jumbo tersebut.


“Peralihan operatorship itu kan Pertamina baru akan menyampaikan proposalnya di bulan April, tapi lepas dari itu diskusi mengenai projectnya jalan terus khususnya karena masuknya CCUS ya," kata Dwi, Selasa (21/2) yang lalu, saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM.


Perlu diketahui, proyek gas raksasa senilai US$ 19,8 miliar atau sekitar Rp 285 triliun (asumsi kurs Rp.14.400 per US$) ini ditargetkan memproduksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.


Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2029, mundur dari rencana awal pada 2027 Ini merupakan termasuk bagian Proyek Strategis Nasional (PSN). (dade)




 
Berita Lainnya :
  • Proyek Migas Blok Masella : Sekjend LRJ Minta Presiden Jokowi Tugaskan PLN dan Pertamina
  •  
    Komentar Anda :

     
     
    Bappeda Kampar Gelar FKP Ranwal RKPD 2024
     
     

     

    Quick Links

     
    + Home
    + Redaksi
    + Disclaimer
    + Pedoman Berita Siber
    + Tentang Kami
    + Info Iklan
     

    Kanal

     
    + Nasional
    + Sumatera
    + Jabar
    + Riau
    + Infrastruktur
     
     

     

     
    + Ekbis
    + Cityzen
    + Siaran Pers
    + Indeks Berita
     
     
    © 2020 HKindonesia.com - Harian Kita Indonesia - Membangun untuk Indonesia, all rights reserved